Artikel

Home / Artikel

BPOM TEMUKAN BORAKS, FORMALIN, dan PEWARNA TEKSTIL pada MAKANAN

Jakarta - Selama Ramadan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan pengujian makanan jajanan buka puasa (takjil) yang dicurigai mengandung bahan berbahaya. Hasilnya, dari 1.445 sampel yang diambil dan diuji, terdapat 1.225 sampel yang memenuhi syarat (MS) dan 220 sampel yang tidak memenuhi syarat (TMS).

Pengambilan sampel dilakukan pada para penjaja di pasar tradisional, toko, swalayan, dan tempat lainnya yang menjual pangan buka puasa. Sampel TMS tersebut terdiri dari 85 sampel mengandung formalin, 44 sampel mengandung boraks, 70 sampel mengandung rhodamin B, dan 21 sampel mengandung metanil yellow.
            
Sementara itu, pengawasan terhadap penjual parsel pun dilakukan. Dari 111 sarana yang diperiksa, 15 sarana di antaranya tidak memenuhi ketentuan karena menjual 380 pangan tidak memeuhi ketentuan (TMK), dengan rincian 250 kemasan pangan TMK label, 99 kemasan pangan rusak, 28 kemasan tanpa izin edar, dan 3 kemasan pangan kedaluwarsa.

Ketua BPOM Roy A Sparringa mengatakan pada tahun ini sebanyak 15 persen takjil yang diperiksa mengandung zat berbahaya. Persentase ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang sebesar 13 persen. "Sementara di Jakarta sendiri sebanyak 20 persen takjil yang kami periksa mengandung zat berbahaya," kata Roy saat konferensi pers di Gedung BPOM, Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, Kamis (17/7/2014).

           
Zat berbahaya tersebut banyak ditemukan di bakso, jeli, agar-agar, cendol, kolak, bubur ketan hitam, es kacang hijau, kolang-kaling, mie kudapan. Selain itu, ditemukan pula di mpek-mpek, batagor, keripik, sate, serta ikan goreng. "Kita curiga dan kemudian menguji makanan tersebut. Ternyata ada yang positif dan negatif. Namun, untuk kerupuk padang semua menunjukkan hasil positif mengandung zat berbahaya," kata Roy.

Roy menyebutkan beberapa daerah yang tinggi peredaran takjil tidak memenuhi syarat. "Di Bandung lebih dari 70 persen. Palembang, Jakarta, Mataram, dan Serang juga tinggi," katanya.



Pihak BPOM juga mencurigai adanya supplier yang sama dalam pengadaan takjil berbahaya ini. "Bentuk makanannya sama. Pasti ada suppliernya," ujar Roy. Ia mengatakan pihaknya akan mencari strategi baru dalam memerangi makanan berbahaya ini.
"Kami tidak senang dengan kondisi ini. Kami merasa perlu memberantas makanan ilegal ini di tingkat hulu," kata Roy. Ia juga mencontohkan pasar sehat di Thailand. "Ada komitmen dari pedagang pasar untuk menjual makanan sehat. Kalau ada yang nakal, itu diumumkan di papan. Tentu ada sanksi sosial," kata Roy kemudian mengakhiri pembicaraan.

(Disadur dari Detiknews)

BE SMART & GO BREAKTHROUGH

Learn More

If you can think of anything we missed, let us know by sending your mail to :
careonline@breakthrough-generation.com
or
superb.breakthrough@gmail.com