Testimonial

Home / Testimonial

MAAG AKUT&KRONIS: RUMPUTPUN LAYU KARENA MUNTAHAN SAYA

Nama saya Mawan. Mungkin saat saya menceritakan hal ini, anda tidak percaya bahwa penderitaan ini begitu menyiksa saya hingga berat badan saya hanya tinggal 12kg. (berat badan 12kg adalah standar berat badan anak yang berusia 2 tahun). Sedangkan usia saya 28 tahun, jadi mana mungkin berat badan saya hanya 12 kg. Percaya atau tidak itulah kenyataan pahit yang saya alami berikut adalah kisahnya :

Sekitar tahun 2002/2003, saat itu saya masih duduk di bangku SMP. terkadang saya tidak makan apabila makanan itu tidak saya inginkan padahal makanan tersebut sudah disiapkan oleh ibu di rumah. Makanan yang saya pilih justru makanan yang tidak sehat yaitu MIE INSTAN MENTAH yang ditaburi dengan bumbunya. Hampir setiap hari, saya memakannya bahkan tak cukup hanya satu bungkus saja.

Karena pola makan yang tidak sehat akibatnya penyakit lambung menyerang. Saya menderita sakit maag. Setiap kali penyakit maag menyerang, saya selalu minum obat sakit maag. Saking parahnya, setiap hari obat sakit selalu saya telan. Semakin lama keadaan lambung saya tidak bertambah baik tetapi semakin parah. Karena jika obat maag merk “P” sudah tidak mempan, maka ganti merk obat “M”. Jika sudah tidak mempan lagi, maka ganti dengan merk lainnya lagi. Sehingga bisa dibayangkan bagaimana parahnya penyakit saya.

Apa yang saya makan selalu tidak bisa dicerna oleh lambung. Akhirnya muntah, dan muntahannya dalam bentuk makanan utuh. Jika saya makan nasi muntahnya nasi, jika saya makan mie muntah mie. Apapun yang saya makan selalu muntah. Oleh karena itu berat badan perlahan-lahan turun dengan pasti.

Saya berkunjung ke dokter dan indikasinya maag akut dan kronis dan saya menderita keracunan obat (akibat seringnya gonta ganti obat). Selepas dari dokterpun, keadaan saya tidak bertambah baik. Bahkan penyakit saya semakin lama semakin menggerogoti tubuh hingga berat badan semakin turun drastis.

Sampai di tahun awal 2015 kondisi saya semakin mengkhawatirkan. Ditambah lagi stess dengan pekerjaan semakin memperparah keadaan maag saya. Sampai saya tidak bisa makan kecuali bubur, puding yang lembut dan tajin (air dari membuat bubur). Itupun makanan yang masuk jumlahnya juga sangat sedikit. Perut saya tidak bisa menerima makanan yang keras. Bahkan nasi pun tidak dapat saya makan, perut menjadi sangat sakitttt sekali apabila saya memakannya. Lambung saya tidak mampu lagi untuk mencerna makanan yang masuk. Buah-buahan saja juga hanya pepaya dan alpukat yang bisa masuk. Sayurpun hanya labu siam saja yang bisa masuk. Roti yang mengandung ragi juga tidak bisa saya konsumsi. Ikanpun tidak bisa saya konsumsi. Mama hanya memberi makan bubur dengan sup ayam kampung karena saya tidak bisa makan ayam potong.

Jika dahulu saya muntah masih berbentuk makanan tapi sekarang muntahan saya hanyalah air yang berwarna kekuning-kuningan dan sangat banyak hingga sebaskom. Bau muntahan itu sangat menyengat hingga saudara-saudara saya tidak sanggup membantu saya saat muntah. Dan luar biasanya, saat saya muntah dan muntahan tersebut dibuang oleh ibu ke kebun belakang, rumput-rumput yang tersiram muntahan itu menjadi layu seperti tersiram air panas. Dan bau muntahan saya selama tiga hari masih menyengat. Sampai akhirnya kami putuskan setiap muntahan tidak dibuang ke kebun tetapi langsung dibuang ke kloset.

Saat parah-parahnya pada bulan Februari 2015, saya sudah bekeliling keluar masuk rumah sakit. Mulai dari RS DKT (15 hari), RSU (1 minggu), RS Arafah (3 hari), RS Siloam dan RS Abdul Manap. Karena tidak ada perubahan yang berarti, akhirnya mama membawa saya ke rumah sakit di kota Medan. Tepatnya bulan Maret 2015 saya berobat ke RS Adam malik. Hasil dari cek up dan pemeriksaan pernafasan. Karena tidak ada perkembangan dan kami minta keluar dan pulang. Setelah pulang, ternyata kondisi saya semakin drop sampai akhirnya masuk kembali ke RS Estomisi selama 2 minggu. Setelah 2 minggu, saya meminta keluar untuk mengikuti permberkatan nikah kakak di medan (foto yang tercantum adalah saat kakak menikah). Saking kurusnya, disenggol sedikit, saya pasti roboh. Waktu itu sengaja mama memberi baju yang agak besar dan dikasih syal agar saya ngga kelihatan kalau kurus banget. Setelah nikahan kakak, trus saya ngedrop lagi dan masuk ke RS Estomihi. Kemudian keluar dan pindah ke RS Colombia. Dan pada akhirnya tidak ada hasil yang memuaskan, pelayanan tidak membuat saya menjadi lebih baik. Bulan April 2015, kami mencoba pengobatan alternartif. Mengkonsumsi ramuan dari dedaunan selama beberapa bulan. Awalnya, ramuan tersebut sepertinya bermanfaat tetapi berikutnya keadaan saya kembali parah. Bulan Juli 2015 mama menutuskan agar kami pulang ke Jambi. Mama tetap memberikan makan seperti biasanya karena bingung tidak tahu harus berobat kemana karena sudah banyak biaya yang dikeluarkan (ratusan juta rupiah) tetapi hasilnya malah semakin parahSaat itu berat badan saya hanya tinggal 12 kg saja. Anda bisa bayangkan hanya tinggal tulang dan kulit saja. Tubuh saya semakin lemah dan tak berdaya.

Bahkan di RS Columbia, oleh dokter yang menangani saya juga disarankan untuk ganti lambung. Biayanya mencapai ratusan juta tetapi itupun tidak 100% cocok. Berat badan harus naik dulu agar layak operasi. Nantinya dekat pundak juga akan diberikan lubang untuk memasukkan makanan. Baru mendengar info demikian saya langsung stress dan berat badan nyusut dratis.

Sekitar Juni 2016, saya bertemu dengan tante Anjar. Awalnya saya meragukan karena dari madu. Sebelumnya saya pernah konsumsi madu dan perut saya langsung menolak tidak bisa menerima, asam lambung naik dan perut menjadi sangat sakit. Setelah diyakinkan dan sayapun mencobanya satu sendok saja tidak ada rasa mual sama sekali dengan perut saya. Saya bicara ke kakak jika madu HDI ini cocok dengan saya. kakak berkata berarti jika adik cocok, kami juga pasti cocok.

Awalnya, saya hanya konsumsi Clover Honey saja. Setelah merasa cocok berikutnya saya mengambil 1 paket Easi Starter. Sejak saat itu saya juga mengkonsumsi Bee Propolis 3x3, Royal Jelly Liquid 1sdt, Pollenergy 2x3, Clover Honey 3x1 sendok makan.

Dua minggu pertama kondisi perut ini masih sangat tidak nyaman masih muntah-muntah. Tetapi saya diyakinkan untuk konsumsi terus karena tante Anjar bilang itu adalah proses . Selama dua minggu saya konsumsi, muntah menjadi berkurang. Makanan yang saya makan juga perlahan bisa masuk dan berat badan juga bertambah meski perlahan. Setelah kondisi lebih bagus, saya mulai berani menimbang berat badan. Saya meminta untuk membeli timbangan. Ternyata berat badannya menjadi 30kg. Saya menjadi kaget. Apakah timbangannya tidak salah. Tante Anjar mengatakan bahwa Bee Propolis itu yang membuat proses pemulihan lambung dan membuang racun. Maka saya tingkatkan pemakaian bee propolis menjadi 5x3 tablet. Dan sekarang keadaan saya sudah jauh lebih baik dan menurut saya ini adalah mujizat. Berat badan saya sekarang 48 kg. Saya sudah tidak mengkonsumsi obat-obatan lagi karena obat merusak tubuh dan saya sudah membuktikannya sendiri. Sampai sekarang saya masih mengkonsumsi produk HDI karena saya merasa HDI memiliki harga yang pantas untuk menebus dan mempertahankan kesehatan.

Sakit ternyata sangat menderita, bukan hanya yang sakit yang menderita termasuk orang tuanya. Keuangan keluarga menjadi banyak keluar selain itu obat-obatan yang dikonsumsi memberikan dampak buruk untuk kesehatan. Tinggi badan saya mencapai 158, dari berat badan 12 kg sekarang 48 kg adalah hal yang patut disyukuri. Jika tidak ada HDI yang dibawa oleh Tante Anjar, mungkin sampai sekarang saya masih frustasi dan kehilangan harapan karena tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk sembuh dari penyakit saya.

Semoga tulisan ini bisa menyadarkan setiap orang untuk berbagi, jangan biarkan orang lain yang menderita penyakit kehilangan pengharapannya untuk sembuh. INGAT ANDA BISA MEMBANTU MEREKA SEPERTI SAYA TERBANTU OLEH HDI melalui tangan TANTE ANJAR. Terima kasih HDI.

(Diceritakan oleh: Mawan 28 tahun - JAMBI)

GO BREAKTHROUGH

Learn More

If you can think of anything we missed, let us know by sending your mail to :
careonline@breakthrough-generation.com
or
superb.breakthrough@gmail.com